UP
beberapa tahun yang lalu ada satu film animasi yang cukup menarik perhatian, film yang menceritakan tentang seorang kakek yang terbang menuju suatu tempat dengan 'menaiki' rumanhnya yang diterbangkan oleh sekumpulan balon, film UP.
tunggu sebentar, bukan itu yang akan saya ceritakan, bukan review tentang film tersebut, tapi lebih kepada pembahasan tentang balon, eh tidak juga bukan balon intinya, ah ribet, begini ceritanya.
di pagi yang cerah, tepatnya tadi pagi, seorang mahasiswa sudah rapih dengan bajunya, berangkat ke kampus, demi masa depan yang cerah, itulah saya,haha. ketika sudah berjalan sekitar 10 meter, di depan saya ada laki-laki umrunya sekitar 30tahunan, mungkin kurang, memakai topi, potongan rambut yang di cukur rapi, memakai kaos, di punggungnya terlihat tanda-tanda keringat menempel, membuktikan ia sudah melakukan perjalan yang cukup jauh, di bahu kanannya tergantung kantong plastik yang cukup besar, plastik bening yang siapapun pasti melihat isinya, isinya sekumpulan balon-balon kecil. ketika hendak melewati mesjid, tiba-tiba tangan kanannya ia masukkan ke kantong celananya, mengambil uang, entah apa yang ia lakukan, karena saya hanya memperhatikan dari belakang, tepat di belokan, masih mengitari mesjid, tiba-tiba tangan kanan yang tadi memasukkan koin ke kotak amal yang tepat di sampingnya. Terharu, jelas! Malu, pasti !
hampir tiap hari saya melewati mesjid itu, melewati kotak amal itu, belum sekali pun saya memasukkan uang kesana, sementar beliau yang mungkin baru pertama kali, atau mungkin seminggu sekali, sebulan sekali, yang jelas tidak sesering saya melewatinya, sudah mampu bersedekah dengan apa yang ia miliki, padahal mungkin pendapatannya tidak seberapa, mungkin uang jajan saya sebulan lebih besar dari penghasilannya menjual balon.
tidak ada penutup ditulisan kali ini, silahkan tutup sendiri oleh pembaca, simpulkan sendiri.
tunggu sebentar, bukan itu yang akan saya ceritakan, bukan review tentang film tersebut, tapi lebih kepada pembahasan tentang balon, eh tidak juga bukan balon intinya, ah ribet, begini ceritanya.
di pagi yang cerah, tepatnya tadi pagi, seorang mahasiswa sudah rapih dengan bajunya, berangkat ke kampus, demi masa depan yang cerah, itulah saya,haha. ketika sudah berjalan sekitar 10 meter, di depan saya ada laki-laki umrunya sekitar 30tahunan, mungkin kurang, memakai topi, potongan rambut yang di cukur rapi, memakai kaos, di punggungnya terlihat tanda-tanda keringat menempel, membuktikan ia sudah melakukan perjalan yang cukup jauh, di bahu kanannya tergantung kantong plastik yang cukup besar, plastik bening yang siapapun pasti melihat isinya, isinya sekumpulan balon-balon kecil. ketika hendak melewati mesjid, tiba-tiba tangan kanannya ia masukkan ke kantong celananya, mengambil uang, entah apa yang ia lakukan, karena saya hanya memperhatikan dari belakang, tepat di belokan, masih mengitari mesjid, tiba-tiba tangan kanan yang tadi memasukkan koin ke kotak amal yang tepat di sampingnya. Terharu, jelas! Malu, pasti !
hampir tiap hari saya melewati mesjid itu, melewati kotak amal itu, belum sekali pun saya memasukkan uang kesana, sementar beliau yang mungkin baru pertama kali, atau mungkin seminggu sekali, sebulan sekali, yang jelas tidak sesering saya melewatinya, sudah mampu bersedekah dengan apa yang ia miliki, padahal mungkin pendapatannya tidak seberapa, mungkin uang jajan saya sebulan lebih besar dari penghasilannya menjual balon.
tidak ada penutup ditulisan kali ini, silahkan tutup sendiri oleh pembaca, simpulkan sendiri.
Komentar