JOKOWI

jokowi, jokowi, dan jokowi, dunia politik sedang sibuk membicarakan keunggulan-keunggulan Pak Jokowi, Pak Jokowi seolah tanpa cacat, diagung-agungkan, jika ada satu orang saja yang berani mengkritiknya, secara otomatis publik akan menyerangnya, menuduhnya, entah mana yang benar.

hampir setiap tahun di Jakarta banjir, tapi sikap publik tahun ini berbeda pada orang nomor satu di jkt, publik melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dulu, kalo ada banjir, banyak yang mengkritik, "mana janjinya?", "katanya mau mengatasi banjir? tapi ko masih ada banjir!". Sekarang, "memang gampang ngatasi banjir di jkt?", "banjir itu uda bencana turunan, gak bisa diberesin gitu aja! ga semudah membalikkana telapak tangan, semangat pak jokowi!". Dulu, kalo ada berita solusi macet, "apaan solusi kya gini, ga akan ngefek, macet tetep aja macet". Sekarang ada berita solusi macet dari pemerintah, "ini bawahannya yg ga bener, kasian gubernur uda kerja keras mikirin macet, tpi kerja polisinya masih ga bener".

Coba kita lihat lebih jauh, orang-orang yang sebelumnya memimpin, juga sudah memberikan yang terbaik untuk rakyatnya, terlepas usaha itu diterima atau tidak. tapi saya akui juga, bagaimana pak Jokowi membawa energi positif untuk rakyatnya, membuat rakyat seolah menemukan secercah harapan dalam gelapnya keputusasaan. saya tidak akan menjelek-jelekkan Pak Jokowi, tapi tidak pula mengagung-agungkannya, hanya ingin membahas rahasia dibalik beliau terlihat 'istimewa' di banding politikus-politikus lainnya.

Pertama: kharisma. Pembawannya yang sederhana, murah senyum, tidak banyak mengumbar kata-kata, semua terlihat mudah, atau setidaknya tidak ingin melihat rakyat tahu kesulitannya, dibanding pemimpin-pemimpin lain yang terlihat angkuh, meski aslinya tegas.

Kedua: media. Inilah yang menurut saya paling berpengaruh. seringkali saya menyalahkan media dalam berbagai permasalahan, karena menurut hemat saya, justru medialah yang berkuasa di negeri ini, bahkan di dunia, bagaimana sebuah berita yang muncul, seolah-olah terlihat netral, tapi mengarahkan pembacanya pada subjektifitas tertentu, macam hipnotislah, media yang tanpa kita sadari membuat pendengarnya mengomentari positif, atau negatf. Dulu, pemberitaan media, lebih cenderung mencari-cari kesalahan dari setiap solusi yang ditawarkan pemerintah, lihat 3 in 1, media dulu memberitakan joki-joki yang marak, seolah-olah solusi 3 in 1 sama sekali tidak berpengaruh, yang justru berita ini selain membuat kita pesimis, tapi juga membuka pikiran orang awan, yang tadinya pengangguran, jadi punya ide untuk jadi joki 3 in 1, bukan jokinya yg salah,, tapi medianya yang memberitakan, saya yakin dulu, saat awal-awal 3 in 1 berlaku, banyak pengendara yang sadar, tapi setelah ada berita joki, pengendara jadi tahu, klo sebelum jalur-jalur 3 in 1, akan ada bnyak joki, merasa tidak khawatir lagi. sekarang, pemerintah punya solusi denga memberi denda yang besar untuk pelanggar busway, media memberitakan maraknya penilangan, sesaknya pengadilan, klo mau, bisa saja media menjelek-jelekkan bahwa denda itu ga terlalu efektif, ga pernah ada pelanggar yang benar-benar di denda maksimal, berita itu memang ada tapi tidak gencar, hanya memberi tahu tapi tidak mengingat-ngingat. inilah yang terjadi di era Jokowi, media menaikkan hal-hal positif, dan meredam hal-hal negatif. sikap media seperti inilah yang saya suka terhadap Jokowi, bahkan seharusnya sikap media yang seperti ini tidak terjadi hanya untuk  jokowi-ahok, melainkan setiap elemen masyarakat, setiap bidang, media memberitakan hal-hal positif yang dilakukan DPR (saya yakin banyak), dibanding mengekspos kekurangan, memuji kerja keras Polisi dibanding memberitahukan aibnya. mengekspos prestasi pelajar, dibanding menggembor-gemborkan kebocoran soal uan. saring komentar-komentar yang ada di majalah online, hapus komentar yang negatif dan tidak cerdas, tampilkan komentar positif, atau tampilkan komentar negatif, tapi hasil dari pemikirian pemirsa yang cerdas.

Namun, mengangkat hal positif, bukan berarti menyembunyikan keburukan. kesalahan-kesalahan itu tetap harus diberitakan, tapi tidak perlu dibesar-besarkan, cukup tahu saja, biar hukum yang memprosesnya. dengan begitu, saya yakin pikiran-pikiran positif dari setiap elemen masyarkat akan muncul secara perlahan, meski tidak mungkin instan, rakyat akan kembali mempercayai politikus, rakyat akan bingung memilih, bukan karena bingung tidak ada pilihan yang tepat, tapi karena bingung melihat semua calon dapat diandalkan. para orang tua akan semakin bangga dengan banyaknya pelajar yang berprestasi, dibanding rasa pesimis terhadap setiap kehadiran kurikulum baru. para lulusan akan lebih bangga bekerja di negri sendiri, daripada mengagumi orang lain yang diterima bekerja di luar negri.

Saya yakin, di awali dengan pikiran positif, semua hal akan terbawa positif, keluarga positif, lingkungan positif, pemerintah positif, negri positif.

Berhentilah menyalahkan, mulailah memberi keyakinan. kalo ga bisa bersihin jalan, jangan mengotori, klo ga mampu memimpin, jadilah rakyat yang positif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Melihat Password yang tersimpan di Toad For Oracle

Ibu Rumah Tangga