Pedagan Asongan

Matahari masih saja malu-malu menampakkan keperkasaannya, udara pagi masih terasa, tapi keriuhan di terminal Cicaheum pagi ini seolah menantang hukum alam, bahwa pagi tidak tidak ada bedanya dengan siang maupun sore, bis-bis antar kota datang dan pergi silih berganti, supir-supir angkot meneriakkan jurusannya.

Saya sendiri baru turun dari angkot, lalu setengah berlari ke arah bis Budiman, jurusan Bandung-Tasik, khawatir posisi duduk favorit-samping jendela- telah dipenuhi penumpang lain. 

Usaha saya tidak sia-sia, saya dapat posisi yang cukup strategis, kanan tengah, tepat di samping jendela.

Saat memasuki bis, suasan di dalam cukup ramai, penumpang yang berdatangan, mengatur posis bagasi, memilih tempat duduk, menyiapkan bekal, dan para pedagang asongan yang bolak balik menawarkan dagangan.

Fenomena pedagang asongan memang menjadi parasit bagi kendaraan yang satu ini, tidak ada bis berhenti tanpa pedangang asongan, koran, minuman, permen, gorengan, buah-buahan, hingga buku-buku tentang pijat dan pengetahuan umum. Sebagai penumpang, kadang kita merasa jengkel melihat tingkah laku mereka, terus-terusan menawarkan, meski berkali-kali kita menolak, saya pernah melihat seorang pedagang mainan merayu anak kecil, agar orang tua nya terpaksa membeli mainan tersebut, tampak licik memang, tapi itulah faktanya.

Namun, para pedagang juga tidak patut disalahkan, saya yakin, pekerjaan ini bukan pekerjaan yang mereka cita-citakan sejak kecil, ini bukan pilihan tapi keharusan, demi menghidupi dirinya dan keluarganya. Mereka juga sesungguhnya tidak mau teriak-teriak di dalam bis, menjajakan dagangan, dan sering ditolak.

Kesal tapi kasihan. Lantas apa yang harus kita lakukan ? 
Ketika ditawari dagangan, jangan hanya mengelengkan kepala, apalagi sambil memalingkan muka, bibir cemberut. Saran saya, menolaklah dengan ramah, katakan tidak sambil memberi senyum, boleh di tambah dengan mengangkat tangan.Pengalaman saya, dengan begitu para pedagang tidak akan berlama-lama menawarkan dagangannya, cepat-cepat pindah ke penumpang lain. Prinsipnya kita ramah, mereka ramah, kita marah, marah mereka lebih menakutkan, maklumlah lingkungan terminal. Pernah suatu waktu, saat bis berhenti di POM bensin untuk kontrol, ada pengamen masuk, dalm kondisi bis super penuh, hingga bagian tengah penuh oleh penumpang yang berdiri, pengamen itu memaksakan diri masuk. Saat melewati seorang ibu-ibu, ibu itu sepertinya jengkel, hingga menunjukkan kejengkelannya dengan sedikit mendorong pengamen itu dengan sikunya, alhasil, pengamen itu tak berhenti kukulutus dari semenjak masuk, hingga keluar bis, ibu itu hanya diam dengan wajah cemberut, mungkin sedikit takut dengan penampilan pengamen itu, apalagi dalam kondisi marah. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, bersabarlah sedikit, tersenyum sebentar dan mengatakan tidak, tidak menghabiskan tenaga kita, bayangkan kita di posisi mereka,mereka punya keluarga yang harus dinafkahi, seperti kita yang sedang ditunggu orang-orang tercinta di tempat tujuan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Melihat Password yang tersimpan di Toad For Oracle

Ibu Rumah Tangga