Kenapa harus "mohon maaf lahir dan batin" ?

- 'Idul Fitri -
'Id arti nya kembali, sedangkan ada dua pendapat yang menjelaskan arti Fitri, Fitri yang berarti Suci serta Fitri yang berarti Berbuka. 

Banyak penceramah yang menjelaskan pada pengertian pertama yaitu Kembali pada Kesucian, bebas dari dosa, suci seperti bayi yang baru lahir. Arti yang nampak indah dan religius, tapi mohon maaf saya kurang setuju dengan kalimat ini, karena setiap makhluk akan dihisab, setiap makhluk akan dihitung dosa dan amal selama hidupnya, bukan selama satu tahun terakhir. 

Saya cenderung pada arti yang kedua, yaitu Kembali Berbuka, memang terkesan kurang religius bahkan aneh, tapi selaras dengan hal-hal yang menyertainya, karena pada hari itu seluruh umat muslim bersuka cita, selesai melaksanakan perintah Allah berpuasa selama satu bulan penuh. Makanya, pada hari itu diharamkan berpuasa, karena kita diperintahkan untuk makan, bahkan disunnahkan segera makan setelah solat subuh menjelang solat 'Id, amalan ini untuk memperjelas bahwa kita sudah tidak lagi berpuasa. Saya sendiri sering merasakan sensasi masih puasa setelah solat subuh pada hari ini, hal itu langsung digugurkan dengan kita segera makan. Berbeda dengan Idul Adha, kita dianjurkan untuk makan setelah Solat Ied, karena tidak ada perasaan masih puasa, kita juga dianjurkan makan setelah solat 'Id, terutama daging kurban, karena pasti baru disiapkan setelah solat 'Id. 

Arti yang kedua ini juga sejalan dengan doa yang diajarkan pada Hari Raya, Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian), kita masih berdoa, berharap agar ibadah kita diterima, artinya ibadah kita saja belum dijamin diterima, apalagi sampai menjadi suci. Ini pula doa singkat yang seharusnya kita ucapkan, bukan minal 'aidzin wal faidzin, karena kalimat minal 'aidzin wal faidzin justru potongan/lanjutan dari doa tersebut. Saya juga melihat kesalahan beberapa umat muslim yang merasa arti dari minal 'aidzin wal faidzin adalah mohon maaf lahir dan batin, sehingga memilih mengucapkan kalimat ini dibanding kalimat pertama, siapakah pencetusnya ? apakah Ismail Marzuki dari lagunya yang berjudul Hari Lebaran?

=========================
Oh ya, bicara soal lagu Hari Lebaran, saya masih bertanya-tanya kenapa disana ada lirik,"Selamat Para Pemimpin, Rakyatnya makmur terjamin"? apakah murni menyelaraskan vokal ? atau justru syarat muatan politik ? entahlah.
=========================

Menurut saya, pengertian kedua inilah yang mendasari kita harus membayar Zakat Fitri dengan makanan pokok, bukan dalam bentuk lain, uang misalnya. Beberapa dari kita berpendapat, kalau uang bisa dipakai kebutuhan yang lain, kalau beras mungkin sudah punya, jadi lebih bermanfaat. Sepintas pendapat ini nampak benar, tapi justru pemberian zakat dengan makan pokok, selain menunjukkan keutamaan zakat, juga bertujuan untuk memastikan seluruh umat muslim tidak ada lagi yang puasa pada hari itu, meski puasa terpaksa oleh keadaan sekalipun, semua harus makan  meski hanya makanan pokok, kalau bentuk uang, mungkin saja dibelikan baju, dipakai bayar hutang, dll. Karena tidak menutup kemungkinan orang tersebut memilih tidak makan dari pada tidak bayar hutang, memilih tidak makan dari pada tidak pakai baju baru. Apalagi kalau dibelikan hal lain yang tidak primer, justru diragukan kemustahikannya.

- Bermaaf-maafan -
Saat ada perayaan valentine, saya yakin banyak sekali dari umat muslim yang tidak menyukai perayaan ini, salah satu dari sekian banyak alasannya adalah, 'kita tidak perlu menunggu valentine untuk saling mengasihi dan menyayangi'. Tapi, entah kenapa alasan ini tidak berlaku saat Idul Fitri. Saya juga belum tahu asal mulanya di Indonesia Hari Raya Idul Fitri dijadikan momen bermaaf-maafan, padahal sama saja denga valentine tadi, meminta maaf harus langsung dilakukan jika kita melakukan kesalahan, pun sebaliknya memaafkan tidak perlu menunggu lebaran. Hal ini justru berbahaya karena membuat orang menunda saling memaafkan, bahkan bertentangan dengan hadist “Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” Padahal tidak mungkin perintah Allah bertentangan dengan perintah-Nya yang lain. 

Hal lain yang membuat saya tidak setuju jika Idul Fitri dijadikan momen bermaafan adalah, saya melihat segelintir orang, hanya saling memaafkan pada saat bersalaman bahkan hebatnya bisa sampai menangis, setelah itu kacau lagi. Sebelum Idul Fitri menjelekkan, setelah Idul Fitri kembali dibahas lagi topik yang sama, is it real tears?

- 'Idul Fitri lebih besar dari 'Idul Adha ? -
Dalam bahasa Sunda, bulan Dzuhijjah disebut juga bulan Rayagung, Raya Agung, Hari Raya yang Agung, leluhur pun sudah menitipkan pesan bahwa Idul Adha adalah Hari Raya Besar. Sedangkan, kiwari tradisi ini jadi terbalik, orang-orang lebih memilih mudik pada hari Raya Idul Fitri, rela membatalkan puasanya karena diperjalanan hanya untuk merayakan idul fitri dikampung halaman. 

Pada 'Idul Adha kita juga diharamkan berpuasa selama 4 hari. Bandingkan dengan 'Idul Fitri, yang justru kita disunnahkan segera berpuasa lagi 6 hari pada bulan tersebut. Hal-hal lain yang menunjukkan kebesaran idul Adha adalah 

  • kita masih dianjurkan berkurban bahkan dalam hari Tasyriq, 
  • kita juga masih diperintahkan untuk mengumandangkan takbir pada hari-hari ini,
  • meski tidak wajib untuk setiap muslim dan bukan rukun islam, bentuk harta yang dikeluarkan juga lebih besar dibanding Idul Fitri.1 ekor kambing berbanding dengan satu sha' makanan pokok

Oleh karena itu, saya sangat setuju jika ada wacana memindahkan cuti bersama serta THR ke 'Idul Adha, karena perlahan masyarakat akan mudik pada libur yang lebih banyak, sehingga keAgungan Idul Adha kembali terasa. Para pemudik pun tidak perlu membatalkan puasa Ramadhan-nya, sehingga lebih banyak lagi orang yang sempurna ibadah puasanya. Pun insya Allah jumlah orang yang berkurban akan meningkat. 

Jika memang seseorang telah dikenai wajib zakat, maka biaya mengeluarkan zakat insya Allah akan mudah ditunaikan, berbeda dengan kurban, orang yg telah dikenai wajib zakat belum tentu mampu berkurban, maka THR akan menjawab masalah ini, daripada digunakan membeli baju untuk 'Idul Fitri, lebih baik dipakai untuk berkurban di 'Idul Adha
Allahu 'alam

Terakhir, bagi pembaca yang lebih paham mengenai ilmu-ilmu yang terkait dengan bahasan diatas, baik itu ilmu Bahasa, ilmu Sejarah, ilmu Fiqh, ilmu Hadist, dll, mohon koreksi saya jika tulisan ini ada yang salah, kurang, ataupun lebih. Karena tulisan ini lebih kepada pendapat dibanding tulisan ilmiah.
Terima kasih.

Sodonghilir,
27 Mei 2020, 19:40

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Melihat Password yang tersimpan di Toad For Oracle

Ibu Rumah Tangga