Tiba-tiba Umum

Akhir-akhir ini saya dilanda kemalasan untuk membawa kendaraan sendiri, entah itu motor atau mobil. Lelah rasanya harus fokus memperhatikan jalanan, apalagi untuk waktu yang lama, ditambah lagi ada konten Youtube yang nyasar muncul linimasa saya, menceritakan pengalaman dia naik angkot dari Bandung ke Jakarta. Setelah melihat video itu, saya kontan menilai, "ternyata naik umum tidak seburuk itu".

Perjalanan umum ini dimulai dari menghabiskan libur akhir pekan dengan keliling Bandung-Jakarta menaiki kereta lokal dari Cimahi, Purwakarta, Cikarang, Manggarai, Bogor, Sukabumi, Cipatat, Padalarang lalu kembali ke Cimahi. Cerita lengkap ini mungkin ditulis lain kali, lagipula jadwal kereta sudah bisa dilihat jadwal aplikasi. Paling yang tidak bisa dilihat dijadwal yaitu saat harus naik angkot dari Cipatat ke Padalarang, yang ternyata diluar eksepktasi saya terhadap angkot, lajunya lumayan cepat untuk rute sejauh itu, dan cukup membayar ongkos 10.000. kemudian bayar parkir di stasiun cukup bayar 17.000,- permalam, sayangnya parkir disini tidak ada atap tertutup, jadi kalau musim hujan, helm rawan basah.

Perjalanan kedua dilanjut saat ada sepupu masuk IGD di RS Al Ihsan Baleendah. karena malas menerjang kemacetan Bojongsoang, saya dan istri memutuskan naik TMP dari BEC. Setelah parkir motor di BEC, kami lalu lanjut naik TMP jurusan BEC- Baleendah, dengan harga 4.900. sempat juga bawa mobil lalu parkir di BEC, saya hitung-hitung konsumsi parkir naik mobil, dengan ongkos TMP dan parkir BEC, masih murah simpan mobil di BEC. Armada terakhir dari Baleendah jam 20:00 , sedangkan untuk terakhir dari BEC, tergantung kondisi lalu lintas bis terakhir yg dari Baleendah, kalau lancar, mungkin pukul 9 juga sudah tidak ada, tapi kalau macet seperti akhir pekan, pukul 10 pun mungkin bisnya belum sampai BEC. Info tambahan, saat saya ke BIP, ternyata parkir di BIP itu ada batasnya, 9.000 untuk motor dan 15.000 untuk mobil, jadi kalau ingin menyimpan kendaraan lebih lama, dan melanjutkan naik TMP, mungkin lebih hemat parkir di BIP, meskipun harus jalan kaki lagi lumayan jauh ke BEC.

Perjalanan ketiga di lanjut saat ke Ciamis. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 05:50, saat tiba di Cimahi mall, bus jurusan Wonosobo sudah bersiap dan sudah diisi beberapa penumpang. Saya parkir motor di Cimahi mall, saat itu  tidak ada satpam, dan tidak sempat mencari juga karena buru-buru, gerbang parkir masuk juga listriknya mati, jadi tidak bisa ambil tiket, akhirnya saya masuk dari gerbang parkir keluar karena portalnya terbuka. Bus kemudian berangkat dari Cimall jam 6:15,  saya kira ada tiket khusus rute Ciamis, ternyata harga rute terdekat yaitu Karang Pucung, sebesar 125.000, untuk tujuan sebelum itu, maka mengikut harga tersebut. Ada sedikit penyesalan karena ada travel yang lebih nyaman, ongkos cuma 110.000. Tapi prinsip, "tidak ada penyesalan untuk percobaan pertama" tetap saya pegang.

Saat sampai di sekitar Rajapolah, bis yang saya kira akan lurus ke Cihaurbeuti, ternyata belok dulu ke Tasik, masuk pool Tasik dulu, ini juga menambah sedikit penyesalan karena tidak sesuai prediksi. sampai di Ciamis turun di perempatan Hepweti, jalan kaki ke masjid agung, sambil nunggu dijemput Kakak. Kesimpulan untuk Cimahi-Ciamis, lebih baik naik jurusan tasik dengan harga 75.000, lalu lanjut naik bis 3/4 seharga 20.000.

Pulang keesokan harinya, belajar dari pengalaman kemarin, kami putuskan untuk naik Budiman dari  pul Tasik, berangkat dari rumah sekitar 06:30, diantar sampai terminal. Di terminal menunggu di area agen bis jarak jauh. Baru ada bis Purwokerto sekitar 7:20, dengan membayar 20.000. Sampai di pul jam 08:10 sudah ada bis Cimahi yang parkir di area keberangkatan, bis keluar pul jam 08:40, jalan pagi lumayan lancar, jam 12 sudah sampai Cimahi mall.

Deg-degan mau ambil motor, karena sebelumnya tidak lapor satpam, dan masuk lewat gerbang keluar,  saya takut kena tegur, hehe. Tapi Alhamdulillah ternyata satpam tidak ada keluhan apaun, cuma ditanya, jam berapa kesini, ada tiket tidak, kalau tidak ada, pakai STNK, cukup bayar 15.000 saya dibolehkan pulang oleh satpam, dan pulang dengan perut lapar setelah tidur sepanjang jalan, hal yang tidak bisa dinikmati jika bawa kendaraan sendiri.

Perjalanan keempat dengan tujuan akhir kampung halaman, kampung halaman ini tidak bisa saya sebut kampung kelahiran, karena justru kampung kelahiran saya lewati diperjalanan pertama. Berangkat naik kereta tujuan Garut dari Cimahi diantar istri naik motor, dengan jadwal keberangkantan pukul 06:34, harga 14.000. Setelah stasiun Leles, keretanya agak menjauh dulu ke Cibatu, baru kembali ke Garut, hal itu yang menyebabkan waktu tempuh menjadi lama, 3 jam 46 menit hanya untuk sampai ke Garut, baru tiba pukul 10:20. Kalau mau lebih singkat, sebetulnya bisa turun di Leles, dan harganya pun kalau sampai Leles masih 8.000.

Setelah turun di stasiun Garut saya jalan kaki mendekat ke arah Cilawu, berharap bertemu angkot jurusan Bojongloa, keringat mulai bercucuran, angkot tidak kunjung terlihat. Baru di sisa 900 meter titik akhir, angkot jurusan Bojongloa muncul dari persimpangan, mau naik tanggung sedikit lagi, akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Tepat sampai di perempatan, saya melihat elp kuning, saya coba berlari kecil berusaha menghentikan, tapi supirnya seperti tidak mau menghentikan kendaraan, awalnya terlihat memelankan kendaraan, tapi saat hampir sampai, dia maju lagi, entah dia tidak mendengar saya, atau memang malas bayar preman disana, saya juga ragu apakah elp itu langsung ke Taraju, atau justur lurus ke Singaparna. Akhirnya saya menunggu di depan toko oleh-oleh. Fakta unik yang saya lihat saya menunggu, disana ada laki-laki cukup muda, mungkin sekitar usia 30 tahunan, saat mobil-mobil besar seperti truk lewat, kendaraan-kendaraan itu melemparkan uang sekitar 2.000an ke jalan, lalu dia ambil entah dia siapa dan kenapa supir itu memberi dia uang. kembali ke perjalanan, saat saya menunggu, sebetulnya ada elp jurusan Tasik yang lagi ngetem, tapi saya masih berharap dapat elp yg jurusan Sodong atau Taraju dan sekitarnya, sehingga tidak perlu turun naik lagi. Setelah menunggu sekitar satu jam, ada elp datang, tapi tidak ada tulisan Sodong/Taraju, saya hampiri lalu saya tanya, ternyata itu jurusan ke Tasik, dia sedikit maksa saya ikut, agar naik di Warung Peuteuy, dia bilang elp Taraju baru ada lagi sore, karena saya pun malas menunggu lagi, akhir saya naik. Saya bayar 15.000, kondekturnya sempat meminta tambahan 5.000, tapi saya beralasan akan naik elp lanjutan, dan dia terima alasan itu. Selama di jalan, saya terus memperhatikan jalanan, apakah ada elp jurusan yg saya inginkan, dan ternyata memang tidak ada. Saat sampai Warung Peuteuy ada elp kuning, saya kira akan belok kanan, ternyata lurus juga, jadi memang sepertinya elp jurusan yg saya maksud cuma ada pagi dan sore.

Setelah mencari tempat solat dan saya malas duduk menunggu, saya  putuskan untuk lanjut berjalan kaki sampai ada elp yg datang, baru di jalan yg berbelok, ada elp Taraju, saya naik itu. Sampai di Simpang Taraju saya bayar 15.000, seperti elp sebelumnya, elp ini pung kembali supirnya minta tambahan 5.000, disini saya kasih. jadi total pengeluaran sebesar 49.000. Mungkin kalau elp tasik tadi tidak saya tawar totalnya jadi 5.4000, masih lebih murah dibanding naik jurusan Bandung langsung sebesar 70.000 (kalau naik dari Taraju dan berhasil nawar) atau 80.000 (dari titik awal).

Pulangnya saya coba naik kendaraan dan rute yang berbeda, setelah diantar Bapak sampai ke Rancabango, sekitar pukul 11, saya langsung naik Primajasa AC Ekonomi jurusan Bekasi. di bis itu sudah tertera harga tiket semua rute yang terlewati, dari mulai terdekat 10.000 sampai terjauh ke Bekasi 85.000. Setelah melihat maps dan macet di Rancaekek, saya putuskan bayar tiket sampai ke Cicalengka saja seharga 26.000. di Pos Control  saat istirahat, saya melihat spanduk besar bertuliskan semua harga dan semua jurusan Primajasa, pilihan kendaraannya jadi terlihat banyak, karena semuanya pasti sampai di Cileunyi.

Turun di Cicalengka sekitar pukul setengah 2 siang, saya lanjut menaiki angkot ke arah stasiun dengan membayar 5.000, lalu jalan kaki beberapa ratus meter. Saat hendak membeli tiket, aplikasi Kai Access sedang bermasalah, jadi diperbolehkan beli langsung ke loket sebesar 5.000 secara tunai. Pukul14:30 kereta berangkat, lalu sampai di Cimahi jam 16:07. 

Jadi, dengan hanya menghabiskan total uang sebesar 36.000 dari kota Tasik, saya sudah sampai di Cimahi dan tidak perlu menghadapi kemacetan Rancaekek. Bandingkan dengan bis Budminan yang berangkat tiap dua jam sekali dengan harga 75.000.

Kesan dari perjalanan keempat ini, untuk arah berangkat, ada ketidaknyamanan kendaraan serta ketidakpastian harga dan waktu ketika naik elp, jadi kurang rekomendasi. Sedangkan untuk arah pulang, saya rasa pilihannya sangat rekomendasi, dan mungkin akan saya ulangi karena kenyamanannya tidak kalah dengan naik budiman langsung ke Cimahi, hanya sedikit repot saat harus turun naik angkot menuju stasiun, sepadan dengan murahnya ongkos yang harus keluar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Melihat Password yang tersimpan di Toad For Oracle

Ibu Rumah Tangga