Ibu Rumah Tangga
Sadarkah Anda ketika Mark Zuckerberg muncul ke publik selalu memakai pakaian yang 'itu-itu' saja? Padahal, kita semua yakin dia jauh lebih kaya dari orang-orang yang selalu muncul dengan pakai mewah. Selain mungkin karena strategi pasar, pencitraan, dan sejenisnya, Zuck pernah menyampaikan alasan dia melakukan hal itu.
Menurut Zuck, ia tidak ingin waktunya terbuang untuk mengambil keputusan-keputusan kecil.
Manusia, setiap individu diberi waktu yang sama, satu hari 24 jam. energi, mental dan pikiran selama itu harus dioptimalkan untuk memikirkan dan mengambil keputusan-keputusan penting untuk individu tersebut. Bagi seorang pekerja, hal-hal seperti memilih pakaian yang akan digunakan hari itu, memilih menu makanan, dan pengambilan keputusan-keputusan kecil lainnya akan mengambil 'jatah' energi yang seharusnya digunakan untuk mengambil keputusan besar yang justru menjadi kewajibannya.
Seorang suami biasa, bukan orang kaya, hanya pekerjaan kantoran yang gajinya sedikit diatas UMR, kemudian memiliki seorang istri pekerja rumah penuh waktu, memang tidak bisa disamakan dengan Zuck. Namun, saya percaya, setinggi/sependek apapun karir suami itu, jika sang istri adalah ibu rumah tangga, maka disana ada kontribusi besar dari istrinya.
Cara istrinya menyiapkan pakaian sehingga ia tidak perlu pusing memikirkan baju apa yang dipakai hari ini, menyiapkan bekal -meski alasannya agar tidak perlu keluar uang lagi untuk makan siang-, di lain hal memberi kemudahan baginya sehingga tidak perlu lagi keluar kantor mencari makan atau memilih menu makan siang dihari itu, membersihkan serta merapikan rumah sehingga penatnya hilang saat pulang dari kantor, seharusnya menjadi bagian dari parameter pencapaian ia dalam menggapai karir, sekecil apapun pencapaiannya.
Kadang laki-laki lupa, ketika ia mencapai satu titik karir tertentu, ia merasa bahwa pencapaian itu semata hasil kerja kerasnya, hasil pengorbanannya, tanpa melihat betapa besar pengaruh istri yang menemaninya selama 24 jam.
Begitupun perempuan, ia sering berkecil hati karena pendidikan yang ia tempuh selama belasan tahun hanya berakhir di dapur, kamar dan ruang tamu. Tanpa disadari, pola pikirnya, caranya berkomunikasi, tindak tanduknya, juga merupakan buah dari pendidikannya selama itu, yang membuat suaminya nyaman dan tenang dengan keadaan rumah, lalu bisa fokus mengejar karir.
Oleh karena itu, sepatutnya, sepasang suami istri, ketika "hanya" satu dari mereka mendapatkan suatu pencapaian, maka kebanggaan itu sesungguhnya milik berdua, masing-masing punya kontribusi, masing-masing punya peran.
Mungkin, itu juga yang menjadi salah satu hikmah bila dikatakan saat seorang laki-laki menikah, rejekinya akan bertambah. Selain karena memang dititipkan amanah oleh Allah, juga ada banyak beban yang awalnya dipikul sendiri, menjadi lebih terurai karena beban itu terbagi bersama istri, yang secara otomatis membuat suami bisa fokus menjemput pos-pos rejeki mereka berdua.
Mari mulai bersepakat bahwa suami-istri itu satu kesatuan: senang bersama, berjuang berdua. salah satu hikmah juga seorang pasangan tidak boleh menyebarkan aib pasangannya, karena itu setara mengumbar aib dirinya sendiri. Tidak mungkin, bahkan tidak boleh seseorang mengumbar aibnya sendiri pada orang lain.
Allahu a'lam
Komentar