Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Cintailah Produk Indonesia!

Rabu kemarin saya nonton salah satu film di salah satu bioskop di Bandung, seperti biasa, sebelum film dimulai ada iklan-iklannya. Nah, salah satu iklannya adalah ajakan ke bioskop, nontn film-film Indonesia. "Ayo ke Bioskop!", "Kalo bukan kita siapa lagi?" "ayo tonton film Indonesia!". Saya sebenarnya agak kurang sepaham dengan iklan-iklan macam ini, yang "memaksa" membeli atau menggunakan produk-produk dalam negeri, apakah itu Pakaian, Makanan, Film, Barang, dll. Iklan-iklan seperti itu, terlihat memaksa kita, untuk menggunakan produk-produk tersebut, dengan alasan buatan Indonesia, tidak peduli kualitasnya bagus atau buruk, pokoknya kita harus menggunakan produk Indonesia. Seperti iklan film di atas, kita disuruh ke bioskop, mengeluarkan uang kita, untuk menonton film-film Indonesia. Padahal, kita tahu sendiri bagaimana film-film Indonesia, yang bagus ya adapatasi novel, hanya segelintir film yang murni dan bagus. sisanya, klo ga hantu, ya...

hanya hari-hari biasa

Kali ini saya ingin menceritakan kejadian kemarin dan kemarin nya lagi. Sebenarnya ini hanya kegiatan sehari-hari yang tidak istimewa, namun ada pelajaran yang pantas di petik, hikmah di balik setiap detail peristiwa. Saya mulai dari hari selasa pagi, dua hari yang lalu, ada dua pilihan untuk berangkat kerja, naik dari halte slipi petamburan, koridor 9, atau naik dari halte kelapa dua sasak koridor 8, rute lebak bulus - harmoni, keduanya ada plus minus nya masing-masing. Dengan berbagai perhitungan hari itu saya memutuskan menggunakan pilihan kedua. jam 8:24 saya sampai di kantor, sesuai peraturan kantor, harus 8 jam kerja, konsekuensi nya saya harus pulang jam 17:24. sore harinya tepat jam 17:24, saya absen pulang, dan sudah menyiapkan diri sendir, bahwa akan telat dari biasanya, akan magrib di perjalanan, 5 menit menjelang waktu magrib, baru turun dari busway, relatif cepat untuk jam segitu. Sedangkan kemarin, saya berangkat lebi pagi, naik pilihan pertama, da memang sampai leb...

Ini Indonesia

Baru saja saya baca sebuah thread di kaskus yang menjelaskan tentang kenapa orang-orang Jepang malas membeli mobil. jawabannya silahkan cari sendiri di kaskus, karena bukan itu yang hendak saya bahas :D Setelah membaca thread tersebut, secara otomatis pikiran-pikiran pembaca yang tentunya orang Indonesia akan membandingkan dengan negaranya, negara saya, negara Indonesia, negara yang kota-kota besarnya dipusingkan dengan kemacetan, dengan mudahnya para pembaca berkomentar,'coba di Indonesia kaya gini', 'setuju kalo di negara kita dibikin aturan kaya begitu', 'harusnya kaya gini nih di Indonesia'. bukan hanya thread ini saja, artikel-artikel lain pun yang membicarakan kelebihan-kelebihan negara lain hampir selalu dibanding-bandingkan dengan kekurangan di negara ini. bagus memang sebagai sebuah solusi, apalagi negara tersebut terlihat sukses menerapkannya, tapi saya kurang setuju dengan cara-cara seperti. Jepang adalah Jepang, Jerman adalah Jerman, Inggris ada...

Pedagan Asongan

Matahari masih saja malu-malu menampakkan keperkasaannya, udara pagi masih terasa, tapi keriuhan di terminal Cicaheum pagi ini seolah menantang hukum alam, bahwa pagi tidak tidak ada bedanya dengan siang maupun sore, bis-bis antar kota datang dan pergi silih berganti, supir-supir angkot meneriakkan jurusannya. Saya sendiri baru turun dari angkot, lalu setengah berlari ke arah bis Budiman, jurusan Bandung-Tasik, khawatir posisi duduk favorit-samping jendela- telah dipenuhi penumpang lain.  Usaha saya tidak sia-sia, saya dapat posisi yang cukup strategis, kanan tengah, tepat di samping jendela. Saat memasuki bis, suasan di dalam cukup ramai, penumpang yang berdatangan, mengatur posis bagasi, memilih tempat duduk, menyiapkan bekal, dan para pedagang asongan yang bolak balik menawarkan dagangan. Fenomena pedagang asongan memang menjadi parasit bagi kendaraan yang satu ini, tidak ada bis berhenti tanpa pedangang asongan, koran, minuman, permen, gorengan, buah-buahan, hingg...

Sahabat Pena

apa yang kita alami saat masih kanak-kanak ataupun saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar selalu menarik untuk diperbincangkan, kepolosan kita, ketidakpedulian kita, antusiasme kita, kejujuran kita, kebodohan kita. Saat itu kita sering merasa iri dengan orang-orang yang lebih tua, yang nampak hidup tanpa omelan, tanpa larangan, sekarang kita sadar ternyata tidak ada yang lebih tenang selain menjadi anak-anak, belum punya masa lalu, tidak khawatir dengan masa depan. saat sekolah, hitungan Matematika masih dikuasai angka-angka belum di cekoki oleh penjumahan X & Y, PPKn mengajarkan Tenggang Rasa, Tanggung Jawab, dkk belum berubah jadi monster hafalan Eksekutif Legislatif dan Yudikatif , pun dengan Bahasa Indonesia yang masih menceritakan tentang Budi, naik delman, tata krama di telepon, dan surat menyurat. Bicara masalah surat menyurat, masih ingat salah materi tentang Sahabat Pena ? eh, bukan materi dulu istilahnya, Pokok Bahasan, ya pokok bahasan yang menceritakan tentang mengi...

JOKOWI

jokowi, jokowi, dan jokowi, dunia politik sedang sibuk membicarakan keunggulan-keunggulan Pak Jokowi, Pak Jokowi seolah tanpa cacat, diagung-agungkan, jika ada satu orang saja yang berani mengkritiknya, secara otomatis publik akan menyerangnya, menuduhnya, entah mana yang benar. hampir setiap tahun di Jakarta banjir, tapi sikap publik tahun ini berbeda pada orang nomor satu di jkt, publik melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dulu, kalo ada banjir, banyak yang mengkritik, "mana janjinya?", "katanya mau mengatasi banjir? tapi ko masih ada banjir!". Sekarang, "memang gampang ngatasi banjir di jkt?", "banjir itu uda bencana turunan, gak bisa diberesin gitu aja! ga semudah membalikkana telapak tangan, semangat pak jokowi!". Dulu, kalo ada berita solusi macet, "apaan solusi kya gini, ga akan ngefek, macet tetep aja macet". Sekarang ada berita solusi macet dari pemerintah, "ini bawahannya yg ga bener, kasian gubernur uda kerja keras...

Kemana berita penyadapan ?

Beberapa waktu yang lalu, media dunia dan Indonesia digegerkan dengan berita penyadapan yang dilakukan oleh Australia ke Indonesia, sekarang, kemana berita-berita itu ? kemana tuntutan permintaan maaf pemerintah Indonesia ke Australia ? Apa jawaban Australia ? Lupa begitu saja ? tidak mungkin. Saya yakin, meski saya tidak punya bukti apapun, pemerintah Indonesia dan Australia sedang atau telah berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah itu, dan sekarang, apakah masalah itu benar-benar telah selesai atau masih dibahas, dan apa solusi yang paling baik unuk semua pihak, saya tidak tahu, tapi saya yakin, dihentikannya berita ini pasti ada sebab-sebab tertentu demi kebaikan dan stabilitas kedua negara bahkan seluruh dunia.